Thursday, October 15, 2009

Thursday, October 8, 2009

Berkaca pada Si Bocah

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda denganberjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya.

Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya. Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut.

Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga! Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga.

Luqman pun lalu menegurnya. Cuma, ya itu tadi, bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar. "Bismillah.. ." ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir, kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu "bocah beneran" pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu.

Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. "Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?" tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman.

"Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa," jawab Luqman dengan halus, "apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu."

Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi. "Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya? Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup di bawah garis kemiskinanpada sebelas bulan di luar bulan puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal?

Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian?" Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela. Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar "sangat" menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba.

"Ketahuilah, Tuan, kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri'.

Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri'? Tuan, sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula.

Tuan, kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan Ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami? Tuan, sadarkah Tuan akan ketidakabadian harta? Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih?

Tuan, sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa?

Tuan, jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan,jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan untuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak."

Wuahh... entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran di depan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman!

Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat, yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak.

Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada di atas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan.

Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya.

Sekarang yang ada dipikirannya sekarang, entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.

Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya.

Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.

Kerja adalah sebuah kehormatan

Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju restoran jalanan dan iapun menyantap makanan yang telah dipesan. Saat pemuda itu makan datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda tersebut, “Pak mau beli kue, Pak?”
Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab “Tidak, saya sedang makan”.
Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab “Tidak dik saya sudah kenyang”.
Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak pergi dari warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan usahanya yang sudah hampir seharian menjajakan kue buatan bunda. Mungkin anak kecil ini berpikir “Saya coba lagi tawarkan kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang dirumah”.
Ini adalah sebuah usaha yang gigih membantu ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba pas-pasan ini.
Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut anak kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan. “Pak mau beli kue saya?”,
pemuda yang ditawarkan jadi risih juga untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang Rp 1.500,- dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja.
“Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekahan dari saya buat adik”.
Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil dan diberikan kepada pengemis yang sedang meminta-minta. Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasihkan kepada orang lain.
“Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak kamu ambil?”.

Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab, “Saya sudah berjanji sama ibu di rumah, ingin menjualkan kue buatan ibu, bukan jadi pengemis, dan saya akan bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual habis.
Dan uang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya jadi pengemis”.
Pemuda tadi jadi terkagum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil buat ukuran seorang anak yang sudah punya etos kerja bahwa “kerja itu adalah sebuah kehormatan”, kalau dia tidak sukses bekerja menjajakan kue, ia berpikir kehormatan kerja di hadapan ibunya mempunyai nilai yang kurang. Suatu pantangan bagi ibunya, bila anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang ke rumah melihat ibu tersenyum menyambut kedatangannya dan senyuman bunda yang tulus ia balas dengan kerja yang terbaik dan menghasilkan uang.
Kemudian pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan lelaki kecil, bukan karena ia kasihan, bukan karena ia lapar tapi karena prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu “kerja adalah sebuah kehormatan”, ia akan mendapatkan uang kalau ia sudah bekerja dengan baik.

copas dari Milis;
penulis asli tidak diketahui

Wednesday, October 7, 2009

Berkaca pada Si Bocah

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda denganberjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya.

Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya. Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut.

Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga! Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga.

Luqman pun lalu menegurnya. Cuma, ya itu tadi, bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar. "Bismillah.. ." ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir, kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu "bocah beneran" pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu.

Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. "Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?" tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman.

"Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa," jawab Luqman dengan halus, "apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu."

Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi. "Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya? Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup di bawah garis kemiskinanpada sebelas bulan di luar bulan puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal?

Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian?" Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela. Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar "sangat" menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba.

"Ketahuilah, Tuan, kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri'.

Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan 'Idul Fithri'? Tuan, sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula.

Tuan, kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan Ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami? Tuan, sadarkah Tuan akan ketidakabadian harta? Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih?

Tuan, sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa?

Tuan, jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan,jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan untuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak."

Wuahh... entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Di tengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran di depan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman!

Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat, yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak.

Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada di atas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan.

Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.

Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya.

Sekarang yang ada dipikirannya sekarang, entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.

Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya.

Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.

Wednesday, September 23, 2009

EXCLUSIVE, wawancara dengan pemimpin hamas

Perdamaian Palesina-Israel tidak akan tercapai tanpa perundingan damai. Namun Obama mengatakan "tak ada proses perdamaian saat ini" dan PM israel, Netanyahu, menterjemahkan ucapan obama ini dengan meneruskan penjajahan terhadap tanah palestina, memblokade israel dan melancarkan tembakan ke warga palestina dengan alat perang canggih mereka.

Berikut wawancara Ken Livingstone (KL) dengan pemimpin hamas Khaled Meshal (KM)

KL: Bisakah anda ceritakan sedikit tentang masa kecil anda yang mempengaruhi kehidupan anda saat ini
KM: Saya lahir di West Bank, di desa Silwad dekat Ramallah, tahun 1956. Saya belajar dari ayah saya yang seorang pejuang melawan kekuasaan Inggris tahun 1930an dan melawan zionist tahun 1948.
Saya tinggal selama 11 tahun di Silwad hingga pecah perang tahun 1967 dimana saya terpisah dengan keluarga saya, seperti nasib ratusan ribu rakyat palestina lainnya. menjadi pengungsi di Jordan.

KL: apa yang anda lakukan setelah perang?
KM: saya pindah ke Kuwait. setelah menamatkan pendidikan dasar disana, saya meneruskan study di sekolah Abdullah al-salim, disekolah ini saya bergabung dengan al-ikhwan al-muslimun. Pada umur 17 tahun saya mulai aktif di kegiatan politik dan ideologi.
Saya meneruskan study S1 di universitas Kuwait dengan jurusan fisika.
di univ. kuwait saya bergabung dengan GUPS (General union of palestinian students), namun organisasi ini dikontrol sepenuhnya oleh organisasi Fatah, sehingga perjuangan membela palestina menjadi sia-sia.
Tahun 1980, GUPS ditinggalkan anggotanya dan mereka membentuk organisasi baru yang bebas dari pengaruh Fatah.

KL: Bagaimana situasi Gaza saat ini ?
KM: Gaza dikepung. bantuan kesehatan di blokade, kami juga tidak boleh membangun kembali rumah yang hancur akibat perang beberapa bulan yang lalu. Puluhan ribu orang menjadi gelandangan. apalagi sebentar lagi musim dingin akan datang, keadaan akan menjadi tambah buruk. 1.5 juta penduduk palestina terpenjara di negeri kami. mereka tidak bisa kemana-kemana, tak ada pengobatan, tak ada sekolah. Yang terjadi di palestina adalah kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel, namun penduduk dunia hanya bisa berdiam diri.

KL: Menurut anda, mengapa Israel masih mengepung Gaza?
KM: mereka beralasan untuk menjaga keamanan mereka. alasan sebenarnya adalah menekan kegiatan hamas dan menyiksa seluruh rakyat palestina. Kejahatan mereka meningkat sejak Hamas memenangkan pemilu yang demokratis tahun 2006. mereka mengatakan alasan mereka untuk menjaga keamanan, padahal tujuan utama mereka adalah menghancurkan Hamas. dengan blokade, israel berharap rakyat akan menyalahkan dan membenci Hamas namun sampai saat ini rakyat masih setia bersama kami.

KL: berapa jumlah anggota dan pendukung Hamas yang dipenjarakan israel?
KM: dari total 12.000 rakyat palestina yang dipenjara, 4000 diantaranya adalah Hamas. Alasan utama penahanan mereka adalah keterlibatan mereka dengan Hamas. Hak untuk berdemokrasi adalah kejahatan dimata Israel. keadilan adalah alat mereka untuk melakukan penjajahan. mereka menerapkan dua sistem keadilan yang berbeda; bagi rakyat palestin dan bagi rakyat israel. Ini adalah sistem Apartheid.

KL: bagaimana peran dunia misalnya amerika, eropa, inggris, mesir terhadap pemblokadean palestin
KM: blokade ini tidak akan terjadi tanpa restu mereka.

KL: menurut anda, bagaimana caranya melepaskan diri dari blokade ini?
KM: Hanya bila hukum internasional dihormati dan ditegakkan oleh manusia di dunia. Orang Palestina punya hak asazi untuk hidup ditanah kami sendiri, sama seperti manusia lain didunia ini. Masyarakat Internasional harus membebaskan diri mereka dari kungkungan Israel yang membuat mereka tidak bisa berbicara bebas tentang keadilan.

....bersambung......

Sunday, September 20, 2009

Manfaat Shadaqah Yang Langsung Dapat Kita Rasakan

oleh : Ummu Aisyah
website: http://kedaimoslem.multiply.com

"Tiadalah hari yang dilewati oleh semua hamba kecuali pada pagi harinya ada dua malaikat yang turun. Salah satu malaikat itu berkata, "Ya Allah berilah ganti kepada orang yang berinfaq". Dan malaikat yang lainnya juga berkata"Ya Allah, binasakanlah harta orang yang kikir". (HR.Bukhori)

Seperti yang telah kita ketahui bersama banyak sekali ayat dan hadits yang menjelaskan tentang urgensi dari shadaqah jariyah yang diantaranya adalah sebagai salah satu amal yang pahalanya akan terus mengalir bagi seseorang meskipun telah meninggal dunia, menjaga dari azab dan jalan masuk ke syurga, menghapus dosa, mendapat balasan sebesar 700 kali lipat dan balasan yang berlipat ganda, dan menjadikan harta berkah serta rezeki yang bertambah,..........

Yang menarik bagi saya sisi lain dari keutamaan shadaqah juga dapat menjaga pelakunya dari musibah atau keburukan dan kebinasaan....seperti dalam hadits nya Rasulullah saw bersabda :

" Orang yang berbuat kebajikan dapat menyelamatkan diri dari keburukan, marabahaya dan kebinasaan".

Juga sabda Nabi saw dalam hadits Rofi' bin Khudaij ra yang diriwayatkan secara marfu' :

"Sedekah mampu menutup tujuh puluh pintu keburukan".

Dan dalam hadits Anas ra yang diriwayatkan secara marfu' disebutkan :

"Sesungguhnya sedekah....dan mampu menghindarkan dari kematian yang buruk".

Seseorang pernah berkonsultasi kepada Ibnul Mubarok tentang luka bernanah yang terdapat pada lututnya yang telah ada selama tujuh tahun dan telah diperiksakan kebanyak dokter. Lantas Ibnul mubarok menyarankan kepadanya untuk menggali sebuah sumur di suatu tempat yang disitu orang-orang sangat membutuhkan air .Ia berkata kepadanya ,"Aku berharap sumur tersebut dapat memancarkan mata air dan menghentikan darah (yang mengalir dari lukamu)."

Pernah wajah abu 'Abdillah Al-Hakim penulis kitab Al-Mustadrok, mengalami luka hampir selama satu tahun penuh. Lalu ia meminta do'a kepada orang-orang sholih dan hal itu sering ia lakukan .Kemudian ia bersedekah kepada kaum muslimin dengan meletakkan tempat air yang dibuat didepan rumahnya dan menuangkan air kedalamnya. Orang-orang pun minum air darinya. Selang seminggu akhirnya ia pun sembuh dari sakitnya dan luka tersebut sirna. Wajahnya kembali pulih dan bertambah bagus dari sebelumnya.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sendiri mungkin pernah merasakan banyak sekali pertolongan yang telah Allah berikan kepada kita.....alhamdulillah kalau pengalaman usaha kecil kami sendiri rasanya ditengah rizki yang pas-pasan dalam arti semuanya masih butuh pinjaman modal dan lain-lain ternyata masih banyak lagi mereka yang lebih susah dan sangat membutuhkan bantuan , ditengah banyaknya usaha yang terkena arus resesi dunia alhamdulillah kami masih bisa bertahan, masih bisa memberikan THR sebesar satu kali gaji, bonus sebesar dua sampai tiga kali gaji , parcel lebaran berupa sirup, kue-kue dan satu set pakaian lengkap kepada para karyawan yang berjumlah sebelas orang, mengadakan beberapa kali ifthor bareng dengan mereka, juga mengajak mereka dua kali dalam setahun rihlah ke tempat wisata........tak habis pikir rasanya kok bisa ya padahal cicilan hutang ke bank harus disetor terus setiap bulannya.....

Satu hal lain yang sangat terasa sekali adanya pertolongan Allah adalah ketika suatu waktu atap canopy yang bawahnya dilapisi terpal menampung air hujan yang sangat deras sehingga tidak sanggup menahannya dan akhirnya besi penyangganya pun ambruk jatuh ke bagian tengah (saja). Alhamdulillah beberapa sepeda motor yang terparkir dibawahnya kebetulan tidak berada di bagian tengah sehingga tidak tertimpa canopy yang ambruk tersebut..,tidak bisa dibayangkan apabila pada saat itu ada mobil yang terparkir ditengah pasti atapnya sudah penyok habis tertimpa besi canopy.........

Ditengah derasnya hujan ketika air dijalan tergenang sampai hampir ke lutut , alhamdulillah air bisa dicegah masuk padahal begitu banyaknya barang toko berupa pakaian yang bisa basah dan rusak bila genangan air sampai masuk kebahagian dalam toko .......

Tak dapat dipungkiri kalau semua itu adalah pertolongan yang Allah berikan......subhanallah walhamdulillah......

Satu hal lagi yang ingin saya nukil disini tentang keutamaan shadaqah adalah dapat menutupi aib seseorang, mendatangkan kasih sayang, pujian dan do'a orang lain kepada pelakunya.........

Siapa sih manusia yang nggak pernah berbuat salah dan khilaf dalam kehidupannya...........

Sedekah dan kebajikan adalah sumber kebaikan ,penjaga kehormatan pelakunya, penghapus kesalahannya, penutup aibnya dan penghapus segala kekeliruannya. Sebaliknya kekikiran seseorang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kehormatannya terkoyak-koyak segala kesalahannya terus bercokol, aibnya tersingkap dan kekeliruan-kekeliruannya dinampakkan.

Seorang penyair berkata :

Kekikiran seseorang dapat menampakkan aibnya ditengah -tengah manusia

Dan semuanya dapat ditutupi dengan kedermawanan

Ditutupi dengan baju kedermawanan

Sungguh aku melihat setiap aib dapat ditutupi dengan kedermawanan

Pelaku sedekah tidak hanya akan mendapatkan kecintaan ucapan terimakasih dan do'a dari orang yang disedekahi saja. Namun pelaku sedekah juga akan mendapatkan pujian dan do'a dari orang yang tidak mendapatkan sedekah.

Tentunya hal ini juga sering kita terima dan kita rasakan bukan........betapa bahagia dan bersyukurnya orang yang mendapatkah shadaqah dari kita.......sampai berkali-kali mengucapkan terimakasih karena rasa senangnya mereka dalam menerima shadaqah yang kita berikan walaupun mungkin besarnya tidaklah seberapa.



Abu Al-Fath Al-Basfi mengatakan :

Berbuat baiklah kepada orang lain, niscaya enkau dapat menguasa hati mereka

Selama masih dikuasai, tentu ia akan berbuat baik

Barangsiapa yang berlaku dermawan, tentu orang lain akan condong kepadanya

Sesungguhnya harta sangatlah menggiurkan bagi seseorang

Berbuat baiklah bila engkau memungkinkan dan memiliki kemampuan

Sesungguhnya kesempatan itu tidak akan selamanya menyertai seseorang

Tiada kebaikan dalam harta seseorang tanpa adanya berbuat baik kepada orang lain sebagaimana tiada kebaikan pada ucapan tanpa adanya praktik nyata. Seorang penyair mengatakan :

Sifat dermawan adalah kemuliaan, sedangkan bakhil adalah sifat yang tercela

Tidak sama - di sisi Allah - antara bakhil dan dermawan

-------------------------------

Maraji :

Faishol bin 'Ali Al-Ba'dani, Kaifa Tunammii Amwaalak